Lagi-lagi Masalah DANA
semenjak diberlakukannya larangan APBD untuk sepakbola, tampaknya membuat klub-klub sepakbola Indonesia baik yg berlaga di Liga Super maupun di Liga Utama kelimpungan mencari dana. Meskipun demikian masih ada juga beberapa klub yang diberi bantuan oleh dana APBD seperti klub tetangga, Persiba Bantul. Beberapa cara dilakukan oleh klun-klub yang tidak mendapat kucuran dana dari Pemda setempat. Sebagai contoh, di PSS Sleman, mereka melakukan rasionalisasi gaji pemain hingga mencapai 25% dari gaji semula. Hal ini membuat sebagian besar pemain memilih hengkang dari klub berjuluk Super Elang Jawa tersebut. Hal ini dilakukan karena PSS sendiri hingga kini mengalami kesulitan dalam masalah pendanaan. Sampai Putaran I lalu, PSS sendiri telah menghabiskan dana kurang lebih 2M rupiah. Selama sebulan PSS mengeluarkan dana 342 Juta Rupiah untuk menggaji pemain. Sekedar informasi, tim sekota PSIM Jogja juga telah mengeluarkan dana 80 Juta Rupiah untuk menggaji pemain mereka. Sedangkan Persiba Bantul telah mengeluarkan lebih banyak dari apa yg dikeluarkan oleh PSS maupun PSIM.
Sebelum adanya larangan APBD dalam sepakbola, klub-klub yang bermain di liga Indonesia seperti jor-joran membeli pemain berlabel bintang. Mereka kadang berpikir lebih baik membeli pemain jadi daripada mencetak pemain sendiri. Mungkin inilah yang menyebabkan prestasi tim nasional Indonesia makin terpuruk dari tahun ke tahun. Ditambah lagi kini peran pemain lokal di klub seperti tergantikan oleh pemain asing yang mulai membajiri kancah persepakbolaan nasional. Dengan adanya larangan APBD diharapkan klub-klub mampu mencetak bibit-bibit lokal yang potensial sehingga proses regenerasi di timnas sendiri tidak terganggu. Dan juga diharapkan klub-klub mampu lebih profesional lagi. Tidak hanya mengandalkan dana dari pemerintah, namun juga mampu mencari dana untuk membiayai kelangsungan hidup mereka.
FORZA PSS..FORZA INDONESIA..MAJU TERUS PERSEPAKBOLAAN INDONESIA
(banu-kun, slemaniatitikhitam.co.nr)
0 komentar:
Posting Komentar